5 Hal yang harus diketahui soal MEA
kabisat.blogspot.com, Sidoarjo
:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1101299/original/090361800_1451959859-157007255.png)
kabisat.blogspot.com, Sidoarjo
:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1101299/original/090361800_1451959859-157007255.png)
Pasar
bebas Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhirnya
sudah diberlakukan. Itu artinya, baik para pekerja atau produk-produk asal
negara-negara Asia Tenggara dapat bebas keluar masuk Indonesia, begitupun
sebaliknya. Pertanyaannya apakah bangsa ini sudah siap bersaing dengan
negara-negara tetangga?
Banyak yang
optimistis, ada juga yang tidak. Tapi, mau tidak mau persaingan sudah ada di
depan mata, dan masyarakat Indonesia harus siap menghadapinya. Selain
memperbaiki kualitas produk lokal, sumber daya manusia (SDM) tentu saja juga
harus ditingkatkan kemampuannya. Dan berikut ini adalah 5 hal tentang
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang perlu kamu tahu.

Pertama, Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) bukanlah sebuah rencana yang baru-baru ini dibuat, karena MEA sudah
direncanakan sejak satu dekade lalu. Para pemimpin negara-negara ASEAN pun
akhirnya memilih tahun 2015 sebagai awal dari diberlakukannya pasar tunggal di
kawasam Asia Tenggara.
Kedua, ini adalah satu hal
yang paling banyak ditanyakan oleh orang-orang Indonesia, apakah keuntungan MEA
untuk negara-negara yang tergabung didalamnya? Setidaknya ada 600 juta manusia
yang tinggal di Asia Tenggara dapat meningkatkan kesejahteraan mereka
masing-masing karena lapangan kerja baru yang tersedia semakin banyak.
Ketiga, sebagian produk lokal telah mendapatkan tempat di
negara-negara Asia Tenggara, itu artinya bukanlah hal yang sulit untuk menjual
produk lokal kita. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Presiden Jokowi. “Seperti
keripik sudah masuk ke Korea. Sarung masuk ke semua negara. Contoh-contoh
seperti itu, produk kita bersaing, ada produktifitasnya. Sukur kripik kita
masuk ke Korea. Saya takut keripik lain masuk ke Indonesia, makanya yang punya
daya saing masuklah ke negara lain," jelas Jokowi seperti dikutip dari Liputan6.com.
Keempat, Indonesia memang masih perlu memperbaiki diri karena
kita akan mengalami beberapa hambatan dalam menghadapi MEA, yakni mutu
pendidikan tenaga kerja Tanah Air bisa dibilang masih sangat rendah. Faktanya
hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat
sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di
Indonesia. Hambatan lainnya adalah ketersediaan dan kualitas infrastruktur yang
kita miliki belumlah cukup, dan hal tersebut nantinya pasti akan mempengaruhi
kelancaran arus barang dan jasa.
Kelima, Indonesia harus
siap menghadapi serbuan produk-produk impor yang sepertinya sudah sangat
diterima dengan baik oleh masyarakat di Tanah Air. Bukan hanya peningkatan
kualitas SDM, pemerintah juga tentunya harus membuat sebuah strategi jitu dalam
sektor industri dan infrastruktur.
Redaksi kabisat.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar
"Jadilah manusia yang bermanfaat bagi orang lain"